hari ini 16 November 2009 tepatnya hari senin tepatnya lagi jam 13.27 (menurut jam di hand phone saya)
untuk pertama kalinya saya membolos pelajaran eigo yang sebelumnya saya yakin tidak akan absen dari kelas itu. Saya memang menyaddari mencampur adukkan perasaan pribadi dengan kuliah sungguh tidak boleh dilakukan. Tapi mau bagaimana lagi, saya tidak bisa mengubah perasaan saya. Saat ini saya masih belum bisa melihat wajah berbinarnya, dan saya tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada saya jika melihatnya di saat saya sedang belajar merangkak dari jatuh ke lubang yang amat dalam.
Saat ini adalah sesi melacur (melakukan curhat) saya, jadi begini ceritanya. Dengan bodohnya saya jatuh cinta dengan dosen bahasa inggris di kampus saya. Yaaah, memang awalnya saya hanya main - main dan untuk sekedar fans - fansan. kebetulan muka dosen saya in mirip dengan salah satu idola yang saya sukai. tapi entah mengapa, saya tiba - tiba saja menjadi benar - benar menyukainya. Saya mulai menyadari perasaan saya saat seorang teman saya yang ibunya adalah dosen bekata.
"Kalo mama, misalnya tahu ada mahasiswa yang suka sama dia bakal menjauhi mahasiswanya itu."
Dan keadaan saya yang dibilang ngefans atau suka dengan dosen saya ini sudah diketahui teman - teman sekelas saya. Mendengar kata - kata teman saya itu rasanya seperti ada yang "clekiiit" di dada saya. Kepala saya langsung pusing, saya tidak dapat memikirkan apapun. Waktu itu saya sedang kumpul - kumpul dengan teman - teman sehobi (k-popers) saya.. tapi seakan - akan saya sendirian di dunia asing yang belum pernahsaya pijak.
Sesampainya di ruma, kata - kata itu masih terus terngiang di benak saya. "menjauhi" menjauhi berarti anti pati, tidak ingin bertemu, tidak ingin melihat intinya tidak ingin saya ada. Entah memang saya sedang sensitif atau apa, saya langsung menangis sejadinya malam itu. Itulah saat saya menyadari bahwa saya sedang benar - benar "jatuh cinta". dan saya kembali menangis.
Setelah itu banyak yang terjadi, kejadian - kejadian yang membuat saya semakin ingin untuk mendapatkannya.
Hari itu, saya sedang tidur (tertidur lebih tepatnya) dirumah teman saya. Tiba - tiba dia membangunkan saya.
"Kie, bacaen statusnya..."
Saya langsung membaca status dari dosen saya itu...
ANO HI, bla bla bla bla (saya lupa, pakai bahasa jepang... saya benar-benar mahasiswa sastra jepang yang bubntu)
yang intinya." hari itu berdua bertemu, menyatukan cinta mereka"
Setelah membaca dan mengartikannya teman saya langsung meninggalkan saya untuk mandi (memang dia nggak punya perasaan). Saya hanya diam termenung, pikiran saya diisi oleh kata - kata "menyatukan cinta". Tak berapa lama, teman saya kembali dari mandinya. Sekarang giliran saya yang pergi keluar kamar dengan alasan mengambil minu. beberapa sebelum kulkas, saya berhenti. Rasa "Nyuuuuuuut" yang amat sangat menusuk dada saya. Tepat di depan kulkas, saya menaruh gelas diatasnya dan kembali menangis.
Yang entah bagaimana saya memberanikan diri untuk menyapa dosen saya melalui yahoo mesenger. Saat saya tanya.
"Sensei baru jadian ya?"
"Sapa yang jadian?"
"Aku liat di statusnya sensei..."
"Ga jadia, itu cuma ungkapan hati aja..."
Dan saat saya lihat status di YM dan FBnya, bertuliskan "is empty...". Ya, dosen saya di tolak. Dalam hati saya, saya berteriak.... SAVE!!!!
Dan waktu lagi - lagi terus berlanjut. Tepatnya seminggu yang lalu. Saya merasakan sesuatu yang aneh saat melihat dosen saya mengajar. Dia begitu.... bahagia. Entah kenapa saya memiliki feeling yang buruk.
Dan semua terjadi, saat selesai kelas. Saya meminta teman saya membuka FB dari dosen saya (kebetulan dia sedang wifi-an) dan statusnya.
"Berdua di suramadu... keren bangeet..."
Saya langsung terdiam. kali ini prosesnya sangat cepat. Kepala saya langsung nyut - nyutan. Teman - teman saya yang ada di situ (kebetulan cowok semua) langsung menenangkan saya. Saya terdiam, mencoba berdiri, berjalan dengan terengah - engah ke kamar mandi. Langsung saja saya buka pintu pertama yang bisa kumasuki. Setelah saya mengunci pintu kamar mandi, saya langsung meringkuk di pojokan. Menetralisir rasa sakit di kepala, dada saya, bahkan sekujur tubuh saya. Saya ingin menangis, tapi mata saya kering, sepertinya air mata saya sudah habis atau semacamnya. Saya hanya berteriak lirih, yang membuat tenggorokan saya sangat sakit.
Keesokannya, saya masuk kuliah seperti biasa. Duduk dengan teman - teman di balkon dua setengah seperti biasa, mendengarkan mp3 dari handphone saya seperti biasa. Saya beruasa agar se"seperti biasa" mungkin. saat saya dengan lagu Dewi Lestari (yang selama ini selalu saya skip kalau saya mendengarkan mp3 dr HP saya) yang berjudul "Curhat Buat Sahabat" begini liriknya :
Sahabatku
Usai Tawa Ini
Izinkan aku Bercerita
Telah Jauh
ku Mendaki
Sesak Udara Di Atas Puncak Khayalan
Jangan Sampai Kau Di Sana
Telah Jauh
ku Terjatuh
Pedihnya Luka Di Dasar Jurang Kecewa
dan Kini Sampailah
aku Disini
Yang Cuma Ingin Diam
Duduk Di Tempatku
Menanti Seorang Yang Biasa Saja
Segelas Air Di Tangannya
Kala Kuterbaring Sakit
Yang Sudi Dekat
Mendekap Tanganku
Mencari Teduhnya Dalam Mataku
dan Berbisik Pandang Aku
Kau Tak Sendiri
Oh Dewiku
dan Demi Tuhan
Hanya Itulah Yang
itu Saja Kuinginkan
Sahabatku
Bukan Maksud Hati Membebani
Tetapi
Telah Lama
Kumenanti
Satu Malam Sunyi Untuk Kuakhiri
dan Usai Tangis Ini
aku Kan Berjanji
Untuk Diam
Duduk Di Tempatku
Menanti Seorang Yang Biasa Saja
Segelas Air Di Tangannya
Kala Kuterbaring Sakit
Menentang Malam
Tanpa Bimbang Lagi
Demi Satu Dewi Yang Lelah Bermimpi
dan Berbisik Selamat Tidur
Tak Perlu Bermimpi Bersamaku
Wahai Tuhan
Jangan Bilang Lagi itu Terlalu Tinggi
Saya tidak bisa menahan dorongan dari mata saya. Seperti sungai yang akan meluber. Saya langsung lari ke lantai tiga (yang sangat sepi) dan menangis. Terus menangis. Terisak. Lalu kembali menangis. Dan tangisan saya semakin keras.
Untuk pertama kalinya saya menangis demi laki-laki. Dan entah saya harus mensyukuri atau mengecam perasaan saya ini. Saat ini, saya sedang tertatih - tatih. berusaha merangkak manuju saya yang dulu. Berharap agar saya bisa berjalan dan berlari kencang lagi. Yang pasti saat ini, saya memberikan tembok tebal untuk hati saya. Mementalkan perasaan - perasaan yang semacam itu lagi. Entah sampai kapan.
No comments:
Post a Comment