Tuesday, January 26, 2016

Akar - Biru

Bodhi menatap biru. Laut yang menganga.

“Aku menebarkan abumu di lautan tiga tahun lalu. Kamu seharusnya sudah mati Kell.”

Kell yang sejak tadi duduk disampingnya tertawa. “Kita memiliki pemahaman yang berbeda tentang kematian Bodhi. Aku memang mati, tetapi tidak.”

 “Bisa jelaskan dengan lebih manusiawi Kell?”

Kell tertawa lagi. “Ini tentang dimensi, Bodhi. Dan kamu seharusnya nggak disini, tugasmu belum selesai.”

“Kata-katamu semakin terbang, Kell. Aku sama sekali nggak ngerti.”

“Ada pengetahuan yang tidak akan dipahami meski sudah dijelaskan. Pengetahuan akan datang sendiri saat waktu sudah memilih.”

Bodhi diam, dia tahu tidak akan bisa memaksa Kell menjawab pertanyaannya. Dia memilih untuk menikmati biru dan waktu bersama sahabatnya.

“Aku tidak habis pikir, kenapa manusia bisa sangat takut untuk pergi dari sana. Mereka lebih memilih mati-matian untuk hidup, padahal hidup mereka seperti mati. And that’s your job Bodhi, to make them alive. Hidup yang sebenarnya.

Bodhi ingin menimpali saat melihat kilasan senyum Kell. Tiba-tiba ada yang mengetuk angkasa, biru menjadi buram. Dalam satu kedipan,  yang terlihat adalah jam weker, kamar kos yang tidak asing. Mimpi.

Kembali dalam realita, Bodhi terdiam. Sedangkan di realita yang berbeda Kell duduk menatap laut. Dalam lingkaran waktu yang sama kedua sahabat itu tersenyum.


Terima kasih telah mengunjungiku.

No comments:

Post a Comment