Sunday, May 3, 2015

KOTAK

Dulu saya selalu berfikir bawa saya dapat tinggal dimana saja. Saya akan dengan mudah berbaur, beradaptasi dan bercinta dengan lingkungan. Karena saya selalu berfikir bahwa rumah saya ya disini, diatas lingkaran tak sempurna yang melayang dalam tatanan semesta. Bumi.

"Datang dari mana?"

"Negaranya dimana?"

Ingin sekali saya menjawab : Saya ini warga Bumi. Apakah teritori detil itu sebegitu penting? Sekian lintang utara dan selatan, Sekian Bujur barat dan timur. Dan akhirnya wilayah tertentu tersebut akan diberi nama, ditunjuk satu orang sebagai pemimpin, dan terdaftar di PBB. Lalu wilayah tersebut akan mengkotakkan diri masing-masing. Merasa bahwa mereka adalah satu bagian, satu keturunan dan satu daerah. Tanah air satu adalah harga mati. Saya selalu ingin tertawa saat mendengar hal tersebut. Bagaimana bisa mereka tidak menyadari bahwa kotak mereka bukanlah satu, mereka hanyalah sebagian, sepersekian dari satu. Satu adalah lingkaran, lingkaran tidak sempurna. Satu itu Bumi. Dan semesta adalah bilangan infinit.

Tapi kini,
Saya berada di wilayah yang kata mereka berbeda dengan kotak saya sebelumnya. Kata mereka kotak yang saya tinggali sekarang memiliki sistem pemerintahan yang lebih maju, manusia yang lebih disiplin, pendidikan yang lebih terorganisir, kebersihan yang lebih terjaga dan kota yang lebih tertata. Kata mereka lagi, kotak yang saya tinggali ini keseluruhan aspek dan detilnya jauh lebih baik ketimbang kotak saya sebelumnya.

Tapi saya tidak setuju,

Saya tidak setuju bukan karena saya mengagungkan kotak saya yang lalu. Tapi lebih karena bagi saya nilai untuk baik dan buruk itu sama seperti air, mereka dapat berubah-ubah bentuk sesuai dengan wadahnya. Dan mereka juga dapat berubah-ubah menyesuaikan dengan sudut pandang saya melihatnya. Hal tersebut sama seperti yang saya rasakan saat ini, sebagai warga Bumi tentu saja saya merasa bahwa tempat ini juga rumah saya. Saya dapat feel at home dimanapun saya berada (selama saya tidak melayang di luar angkasa tentunya). Tapi sekarang saya sedikit merindukan kotak lama saya. Bukan pada manusianya, karena saya selalu memukul rata semua manusia di Bumi ini : Baik dan Buruk (sama seperti air, manusia dapat menjadi baik atau buruk tergantung pada wadahnya). Tentu saya dapat menemukan manusia-manusia baik sebaik yang saya temukan di kotak lama saya. Saya hanya perlu waktu.

Yang sekarang sedang saya rindukan di kotak lama saya adalah Warna Hijau. Warna Hijau yang hanya ada di kotak lama saya. Di tempat baru ini memang terdapat banyak warna, tapi mereka tidak kekal, mereka selalu berganti setiap tiga bulan. Saya mencintai Warna Hijau di kotak lama saya, Hijau segar yang kekal. Mungkin saat ini wadah yang sedang menampung saya adalah wadah rindu. Rindu akan hijau segar, udara lembap, matahari terik, tanah basah dan langit biru. Perasaan saya sekarang seperti air yang tidak berdaya di dalam wadah. Sedikit menyebalkan memang.

Tapi sudahlah, tidak apa-apa. Tidak ada yang salah dari sebuah kerinduan. Atleast I still feeling something, right? Dan rindu tidak berarti harus bertemu. Karena pertemuan selalu memiliki waktu. Dan pertemuan yang tidak pada waktunya hanya akan mengikat. Bukankah terikat itu menyakitkan? Kerinduan harus bisa diterima, dan penerimaan merupakan hal yang mulia.  Jadi saya memutuskan untuk menikmati rindu tanpa harus bertemu.

Ah, satu hal lagi, bukan berarti di kotak ini saya tidak bahagia. Tentu saja saya bahagia dengan segala kehidupan saya. Tidak ada penyesalah, karena bagi saya penyesalan berarti akhir dari pikiran. Disini, saya menanam berjuta perasaan. Dan saya tidak sabar untuk memanennya kelak. Kejutan seperti apa yang akan saya dapatkan. Karena saya tahu, hidup saya akan selalu bahagia selama saya masih berada di rumah Bumi saya ini. 

Dan jika waktunya tiba untuk saya pindah rumah, rumah yang sangat berbeda dengan rumah Bumi. Semesta dengan dimensi yang berbeda. Tempat dimana berpindah tempat mungkin bukan dengan kaki, tetapi dengan melayang kesana-kemari.Tidak ada yang tahu (bahkan Kitab terbaik sekalipun). Jika saat itu telah tiba, saya yakin disana kehidupan akan tetap menyapa saya dengan senyum renyahnya. Wahai hidup, terima kasih atas segala perasaan yang telah kau berikan.

春、02:57
女子寮 103

Salam hangat dari musim semi, karingat mulai bermunculan karena matahari. Dan saya was-was akan rambut saya.